Perkembangan
Psikososial pada Masa Dewasa Akhir
A.
Teori dan Penelitian dalam Perkembangan
Kepribadian
Pada
awal 1920-an, ketika penulis Betty Friedan diminta untuk menyelenggarakan
seminar di Universitas Harvard mengenai “Tumbuh di Masa Tua”, behavioris
tekemuka, BF. Skinner menolak untuk berpartisipasi karena dia menganggap bahwa
usia dan pertumbuhan adalah sebuah istilah yang kontradiktif. Namun 3 dekade
kemudian, akhir masa dewasa semakin diakui sebagai masa pertumbuhan yang
potensial.
Berikut ini adalah beberapa teori dan peneliti
yang dapat memberi tahu mengenai kepribadian ditahap akhir dari rentang
kehidupan ini dan tentang tantangan psikologis dan kesempatan dari masa tua.
a. Erik
Erikson: Isu-isu normatif dan berbagai tugas
Bagi Erikson,
pencapaian tertinggi pada masa lansia adalah rasa integritas ego atau integritas diri, sebuah pencapaian yang didasari
oleh refleksi tentang kehidupan seseorang. Dalam tahap kedelapan dan terakhir
dari rentang kehidupan, yaitu integritas ego versus keputusasaan, lansia perlu
mengevaluasi dan menerima kehidupan mereka, begitupula untuk menerima kematian.
Orang-orang yang
berhasil dalam tugas integratif yang terakhir ini, akan memperoleh perasaan
mengenai makna hidup mereka dalam tatanan sosial yang lebih tinggi. Kekuatan
yang dapat berkembang selama tahap ini adalah kebijaksanaan, sebuah “informasi dan perhatian yang terpisah dengan
kehidupan diri sendiri dalam menghadapi kematian itu sendiri” (Erikson, 1985,
hlm. 61)
Namun, Erikson percaya bahwa ketika
fungsi tubuh melemah, orang harus mempertahankan ”keterlibatan yang vital dalam
masyarakat”.
b. Model
Lima Faktor : Ciri-ciri Kepribadian pada Masa Lansia
·
Mengukur stabilitas dan Perubahan pada
Masa Lansia
Salah satu cara untuk mengukur
stabilitas atau perubahan adalah perbandingan
ukuran peringkat dari beberapa orang yang berbeda pada suatu sifat
tertentu. Sebuah tinjauan dari 152 penelitian longitudinal menemukan perbedaan
relatif antar individu menjadi lebih stabil untuk waktu tertentu kemudian
meningkat.
Cara terbaik untuk mengonseptualisasikan
stabilitas kepribadian pada masa lansia, yaitu dengan cara yang relatif konsisten,
yang dibentuk oleh baik genetis dan niche picking aktif, tetapi masih terus
bergantung pada perubahan biologis dan dunia sosial.
·
Kepribadian sebagai prediksi
emosionalisme, kesehatan dan kesejahteraan
Kepribadian merupakan alat prediksi yang
kuat untuk emosi dan kesejahteraan subjektif – lebih kuat dibandingakan dengan
hubungan sosial dan kesehatan (Isaacowits & Smith, 2003).
Penjelasan yang mungkin mengenai
gambaran umum yang positif ini datang dari teori selektivitas sosial emosional:
ketika orang beranjak tua, mereka cenderung mencari aktifitas dan orang-orang
yang memberikan kepuasan emosional. Selain itu kemampuan manusia yang lebih
baik dalam mengatur emosi menjelaskan mengapa mereka cenderung lebih senang dan
ceria dibandingkan orang dewasa yang lebih muda, dan lebih jarang mengalami
emosi negatif (Blanchard-Fields, Stein, Watson, 2004; Carstensen, 1999; Mroczek
& Kolarz, 1998)
B.
Kesejahteraan Sosial
Secara
umum, lansia memiliki gangguan mental yang lebih sedikit dan lebih bahagia dan
puas akan hidup dibandingkan orang yang lebih muda (Mroczek & Kolarz, 1998;
Wykle dan Musil, 1993; Yang, 2008). Peningkatan kebahagiaan dikemudian hari
mungkin sebagian mencerminkan nilai pandang dari sudut pandang dewasa, tetapi
mungkin juga mencerminkan kelangsungan hidup selektif dari orang yang lebih
bahagia.
a. Bertahan
dan Kesehatan Mental
Bertahan adalah cara berpikir atau
perilaku adiktif yang bertujuan mengurangi atau menghilangkan stress yang
timbul dari kondisi berbahaya, mengancam, atau menantang. Bertahan adalah aspek
penting dari kesehatan mental. Ada dua pendekatan teoritis dalam mempelajari
ketahanan yaitu pertahanan adaptif dan model penilaian kognitif.
·
George Vaillant: Pertahanan Adaptif
Penyebab kesehatan mental positif pada
masa lansia menurut tiga penelitian prospektif faktor yang penting adalah
penggunaan pertahanan adaptif dalam melakukan pertahanan pada masalah-masalah
hidup sebelumnya. Mereka yang dimasa lansia menunjukkan penyesuaian psikososial
terbaik telah menggunakan pertahanan adaptif yang matang seperti altruisme,
humor, supresi atau peredaman (tetap sabar), antisipasi (merencanakan masa
depan), dan sublimasi (mengarahkan emosi negatif menjadi pencapaian yang
positif).
·
Model penilaian kognitif
Dalam model penilaian kognitif, individu
secara sadar memilih strategi bertahan dengan dasar bagaimana mereka
mempersepsikan dan menganalisis situasi. Bertahan meliputi seluruh hal yang
dipikirkan atau dilakukan individu dalam upaya beradaptasi terhadap stress,
terlepas dari berhasil atau tidaknya hal tersebut. Memilih strategi yang sesuai
membutuhkan penilaian yang berkelanjutan terhadap hubungan antara orang dan
lingkungannya.
Strategi bertahan ada dua, yang pertama
terfokus pada masalah dan terfokus pada emosi. Bertahan terfokus pada masalah
melibatkan penggunaan strategi instrumental, atau berorientasi pada tindakan
untuk menghilangkan, mengatur, atau meningkatkan kondisi penyebab stress. Tipe
bertahan ini biasanya muncul ketika seseorang melihat kesempatan yang realistis
untuk mengubah suatu situasi. Yang kedua terfokus pada emosi, ditunjukkan agar
“merasa lebih baik” dengan mengelola respon emosi pada situasi yang menimbulkan
stress untuk mengurangi dampak psikis atau psikologis. Tipe bertahan ini
terjadi jika seseorang menyimpulkan bahwa tidak ada hal yang bisa dilakukan
mengenai situasi itu sendiri.
C.
Praktik
dan Isu-isu Sosial Terkait menjadi Tua
·
Bekerja,
pension dan tempat tinggal
Orang yang bekerja memasuki usia60 tahun biasanya mengalami pekerjaan
yang ringan dan tidak membuat mereka stress. Namun dikarenakan perubahan
ekonomi banyak para pekerja yang lebih tua terpaksa bekerja karena dipaksa oleh
situasi keuangan dan meningkatnya biaya medis (Sterns, 2010). Lansia seringkali
lebih produktif dibandingkan dengan pekerja yang lebih muda walaupun lebih
lamban, faktornya karena pengalaman.
Pada kehidupan setelah pensiun, aktifitas terpusat disekitar keluarga
dan pasangan. Situasi sosial ekonomi memengaruhi setelah pension. Kebiasaan
dinegara kita setelah pension mereka sering mencari kesibukan dirumah.
Misalnya, berkebun, berternak, dan lain-lain.
Keadaan lansia secara financial, setelah pension mereka memanfaatkan
jaminan sosial dan program pemerintah. Pengaturan tempat tinggal lansia, tetap
tinggal dirumah sendiri walaupun tanpa bantuan dan mereka ingin mandiri.
Tinggal sendiri yang terjadi dinegara maju, perempuan lansia akan tinggal
dirumah sendiri daripada lansia laki-laki yang biasanya tinggal bersama sanak
keluarga. Apabila tinggal dengan anak yang sudah dewasa, memindahkan orangtua
kerumah anaknya harus ada persetujuan dengan suami atau istrinya. Jika tinggal
di institusi perawatan
Pilihan alternative, beberapa lansia yang tidak mau merawat rumahnya
biasanya memilih tempat yang sesuai dengan komunitasnya, seperti tempat tinggal
di institusi perawatan.
D.
Hubungan
Personal pada masa Lansia
a. Teori kontak Sosial dan Dukungan Sosial
Menurut teori konvoi sosial, lansia mempertahankan tingkat dukungan
sosial mereka dengan mengidentifikasi anggota jaringan sosial yang dapat
membantu mereka. Terdapat penjelasan yang sedikit berbeda mengenai perubahan
kontak sosial dari teori selektivitas sosioemosional, yang menunjukkan bahwa
orang-orang yang telah berusia lanjut, menginvestasikan waktu dan energy yang
mereka miliki dalam menjaga hubungan yang lebih intim. Sejalan dengan teori
konvoi sosial, para peneliti juga menemukan keseimbangan pergeseran dukungan nyata,
informasi, emosional, dengan bertambahnya usia mereka, orang dewasa, terutama
laki-laki, memberikan dukungan yang lebih sedikit untuk orang lain, tapi
menerima lebih. Sebagai orang dewasa yang lebih tua memberikan beberapa
dukungan yang mereka terima sebelumnya dari teman, mereka mendapatkan lebih
banyak dukungan emosional dari jaringan yang lebih kecil dari ikatan keluarga.
b. Pentingnya hubungan social
Dukungan
emosional dapat membantu lansia dalam mempertahankan kepuasan hidup ketika
menghadapi stress dan trauma serta terdapat ikatan positif dengan kesehatan dan
kebahagiaan hidup yang lebih baik. Hubungan sosial berjalan seiring dengan
kesehatan (Bosworth & Schaine, 1997; Vaillant, Meyer, Mukamal & Soldz,
1998). Orang yang terisolasi secara sosial cenderung kesepian, dan kesepian
dapat mempercepat penurunan fisik dan kognitif.
c. Keluarga multigenerasi
Kehadiran banyak anggota keluarga dapat memperkaya, tetapi juga dapat
menciptakan tekanan tertentu. Semakin banyaknya anggota keluarga, lebih memungkinkan
adanya paling sedikit satu anggota yang hidup cukup lama untuk menderita
beberapa penyakit kronis dan yang perawatannya mungkin menyulitkan secara fisik
dan emosional.
Pola-pola budaya yang bervariasi memengaruhi hubungan keluarga dan
tanggung jawab terhadap generasi yang lebih tua. Terdapat suatu pernyataan
bahwa laju percepatan globalisasi akan menghasilkan suatu gerakan menjauh dari
ikatan keluarga yang lebih berorientasi tradisional yang ditemukan dibanyak
Negara. Percepatan globalisasi ini juga ditemui melalui arah gaya
individualistic yang merupakan karakteristik dari ekonomi nasional yang lebih
stabil.
E.
Hubungan Marital
Berbeda
dengan hubungan keluarga yang lain, pernikahan setidaknya dalam budaya
kontemporer barat biasanya dibentuk atas persetujuan bersama, oleh karena itu efeknya terhadap
kesejahteraan hidup memiliki kedua karakteristik yaitu persahabatan dan ikatan
keluarga (Antonucci & Akiyama, 1995). Hal ini dapat memberikan pengalaman
emosi yang tertinggi dan juga terendah terhadap diri seseorang
a. Pernikahan
jangka panjang
Dibandingkan pasangan setengah baya, pasangan yang masih bersama pada
masa lansia lebih mungkin melaporkan bahwa pernikahan mereka memuaskan, dan
banyak yang menyatakan bahwa pernikahan ini membaik. Karena saat ini perceraian
lebih mudah, pasangan yang masih bersama akan lebih mungkin berhasil
menyelesaikan perbedaan mereka dan telah sampai pada akomodasi mutual yang
memuaskan mengenai perbedaan mereka. Anak cenderung menjadi sumber kepuasan dan
kebanggaan dibandingkan dengan sumber konflik.
Cara pasangan menyelesaikan konflik adalah kunci kepuasan pernikahan
selama masa dewasa. Pola penyelesaian konflik cenderung tetap konstan selama
pernikahan, tetapi kemampuan lansia yang lebih besar dalam mengatur emosi mereka
mungkin membuat konflik berkurang keparahannya.
b.
Janda/duda
Perempuan cenderung hidup lebih lama dari suami dan kecil
kemuningkinannya dibandingkan laki-laki untuk menikah lagi. Pada usia 65 tahun,
perempuan hamper 4 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki menjadi dua. Dan
laki-laki duda tua jauh lebih mungkin untuk dilembagakan daripada perempuan
janda tua setelah kematian pasangan. Di kebanyakan Negara lebih dari setengah
perempuan lansia adalah janda.
c.
Perceraian
dan menikah kembali
Perceraian pada masa lansia sangat jarang terjadi, jumlah ini akan terus
bertambah seiring dengan kelompok yang lebih muda yang memiliki tingkat
perceraian yang lebih tinggi akan mencapai masa lansia.
Menikah kembali pada masa lansia memiliki karakteristik khusus. Dari 125
laki-laki dan perempuan yang memiliki pendidikan yang baik dan makmur, mereka
yang melakukan pernikahan kembali pada masa lansia kelihatannya lebih bisa
memercayai, menerima, dan lebih merasa tidak perlu berbagi perasaan pribadi
yang dalam.
Menikah kembali memberikan manfaat sosial, lansia yang menikah lebih
tidak membutuhkan dukungan dari komunitas dibandingkan mereka yang hidup
sendiri. Menikah kembali harus didukung dengan memperbolehkan orang untuk tetap
menerima manfaat pension dan jaminan sosial dari pernikahan sebelumnya dan
dengan ketersediaan perumahan kelompok dan tempat tinggal bersama lainnya.
F.
Gaya Hidup Nonmarital dan Hubungan
a. Hidup sendiri
Dilebih dari setengan penduduk dunia, 5 persen atau lebih kecil dari
laki-laki lansia dan 10 persen atau kurang dari lansia perempuan tidak pernah
menikah. Disebagian Negara Karibia dan Amerika Latin, proporsi mereka yang
tidak pernah menikah lebih tinggi kemungkinan karena adanya prevalensi
kehidupan bersama tanpa ikatan.
Mereka paling mungkin untuk mengalami “beban tunggal”, stress praktis
dan emosional kronis dikaitkan dengan ketiadaan pasangan intim. Alasan yang
mungkin tidak dialami oleh indivdu yang tidak pernah menikah yakni tekanan
transisi keluar dari perkawinan yang sebelumnya telah mengembangkan
keterampilan hidup dewasa dan sumber daya seperti otonomi dan kemandirian yang
membantu mereka mengatasi hidup melajang. Mereka juga memiliki sumber daya yang
lebih nyata, mereka berada dalam kesehatan yang baik dan memiliki pendidikan tinggi
serta pendapatan dibanding dengan mereka yang telah menikah.
b. Kohabitasi
Lebih dari 1 juta orang dewasa Amerika yang lebih tua, 4 persen dari
populasi yang belum menikah, saat ini melakukan kohabitasi. 9 dari 10 orang
dari mereka sebelumnya pernah menikah. Pelaku kohabitasi lansia memiliki
kelemahan tertentu dibandingkan dengan lansia yang menikah kembali. Pelaku
kohabitasi lansia, khususnya perempuan cenderung memiliki pendapatan lebih
rendah dan lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki rumah. Perempuan khususnya
tampaknya dirugikan oleh kohabitas.
c.
Hubungan
gay dan lesbian
Hubungan gay atau lesbian pada masa lansia cenderung sangat kuat,
sportif dan beragam. Kebanyakan homoseksual memiliki anak dari pernikahan
sebelumnya, sedangkan yang lain mengadopsi anak. Masalah utama yang dihadapi
oleh lansia gay dan lesbian tumbuh dari sikap masyarakat.
d.
Persahabatan
Kebanyakan lansia memiliki teman dekat dan seperti halnya pada masa
dewasa awal dan menengah. Mereka dengan lingkaran pertemanan yang aktif cenderung
lebih sehat dan bahagia.
Lansia menikmati saat menghabiskan waktu dengan teman-teman mereka
dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan dengan keluarga. Sejalan dengan teori
konvoi sosial dan selektivitas sosial emosional, pertemanan yang berumur panjang
biasanya bertahan sampai usia yang sangat tua. Meskipun demikian, terkadang
pindah, sakit dan keterbatasan fisik membuat mereka sulit untuk mempertahankan
hubungan dengan teman lama. Meskipun banyak yang membuat pertemanan baru,
bahkan pada saat berusia diatas 85 tahun, tetapi lansia akan lebih mungkin
untuk mengatribusikan manfaat pertemanan dibandingankan orang yang lebih muda
(seperti kesetiaan&afeksi) kepada individu spesifik, yang tidak bisa
tergantikan ketika mereka meninggal, pindah ke panti atau pergi
G.
Ikatan Kekerabatan Marital
a. Hubungan
dengan anak yang sudah dewasa
Orangtua yang memiliki
keterkatian dengan anak yang sudah dewasa akan lebih mungkin untuk tidak merasa
kesepian atau depresi dibandingkan dengan orang yang hubungan orang tua –
anaknya tidak terlalu baik (Koropecky-Cox, 2002). Hubungan ibu dan anak
perempuan cenderung lebih akrab dan memengaruhi hubungan anggota keluarga yang
lain. Saling membantu antaroorangtua dan anak yang sudah dewasa cenderung
berubah seiring dengan pertambahan usia orang tua, dan anak memberikan dukungan
yang lebih besar. Ibu yang hangat, responsif, lebih mungkin untuk meminta
bantuan keuangan atau nasihat personal daripada ibu yang lebih dominan atau
membatasi selama masa remaja anak-anak mereka dan dewasa muda (Schooler,
Revell, &Caplan, 2007)
Orangtua lansia yang
dapat beraktivitas begitu sering terus memberikan dukungan financial anak.
Dinegara-negara kurang maju, orangtua lansia berkontribusi dengan cara rumah tangga,
perawatan anak, dan sosialisasi cucu. Orang tua lansia terus menunjukkan
perhatian yang besar terhadap anak mereka. Mereka cenderung menjadi stress atau
depresi jika anak mereka mengalami masalah dan dapat menganggap masalah itu
sebagai tanda kegagalan mereka sendiri.
Lebih jauh lagi, jumlah
orangtua lansia, terutama kulit hitam yang membesarkan atau membantu
membesarkan cucu atau cicit makin berkembang. Pengasuh non-normatif yang sering
kali dipaksa menjalani peran orang tua aktif pada waktu yang tidak diharapkan
seringkali merasakan tekanan. Mereka seringkali tidak siap secara fisik,
emosional atau financial untuk tugas ini, mereka mungkin tidak tahu kemana
harus meminta dukungan dan pertolongan.
b. Hubungan
dengan saudara kandung
Saudara memberikan
pendampingan seperti yang diberikan teman, lebih dari anggota keluarga yang
lain; tetapi saudara lebih dari sekadar teman karena mereka memberikan dukungan
emosional (Bedford, 1995)
Makin dekat dan makin
banyak jumlah saudara hidup yang dimiliki lansia, maka semakin mungkin lansia
memercayakan diri pada saudara tersebut (Connidis&Davies, 1992). Mengenang
pengalaman bersama pada masa lalu jadi lebih sering dilakukan pada masa lansia;
ini dapat membantu mereka untuk mengkaji ulang hidup dan menempatkan hubungan
keluarga yang signifikan di dalam perspektif mereka. Saudara perempuan memegang
peran vital dalam mempertahankan hubungan dan kebahagiaan keluarga, hal ini
mungkin disebabkan emosi perempuan yang ekspresif dan peran tradisional sebagai
pengasuh (Bedfords, 1995; Cicirelli, 1989, 1995)
c. Menjadi
kakek nenek buyut
Karena usia, penurunan
kesehatan, atau lokasi keluarga yang berjauhan, buyut cenderung lebih tidak
terlibat dibandingkan dengan kakek/nenek dalam kehidupan seorang anak; dan
karena keluarga dengan 4 atau 5 generasi adalah sesuatu yang relative baru,
hanya sedikit panduan mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang buyut
(Cherlin&Furstenberg, 1986). Menjadi buyut memberikan rasa pembaharuan bagi
pribadi dan keluarga, menjadi sumber pengalihan perhatian, dan tanda bahwa
lansia panjang umur.
Peran kakek / nenek dan
buyut sangat penting bagi keluarga mereka. Mereka adalah sumber kebijaksanaan,
teman dalam bermain, penghubung dengan masa lalu, dan symbol kesinambungan
kehidupan keluarga. Mereka memiliki fungsi generative tertinggi, yaitu
mengeskpresikan keinginan manusia untuk melampaui kematian dengan
menginvestasikan diri mereka dalam kehidupan generasi masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar