Kamis, 01 Desember 2016

KOGNISI SOSIAL REMAJA ( Cognition and Social Adolescence Development )

KOMPETENSI SOSIAL :
            Biasanya anak pada usia remaja ingin melepaskan diri nya dari orang tua merasa sudah mampu untuk sendiri, ingin diberikan kebebasan (otonomi) dan merasa sudah mampu bertanggung jawab. Namun pada saat yang sama remaja juga ada rasa belum berani lepas dari orangtua nya biasa juga disebut Attachment.
            Pada masa remaja yang penuh konflik ini juga dibutuhkan komunikasi yang efektif dan konstruktif antara orangtua dengan remaja, untuk menghindari Gap Communication (jarak komunikasi antara anak orangtua). Untuk membangun komunikasi yang efektif dan konstruktif antara orangtua dengan remaja dibutuhkan ada nya Secure Attachment (kelekatan rasa aman dan kuat ) yang dibangun sejak dini dan juga untuk membantu remaja dalam membangun komptensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja.

SECURE ATTACHMENT :
Berikut bentuk – bentuk tindakan (cara) membangun secure attachment dengan remaja :
Ø  Memberikan kontribusi pada pembentukan harga diri, penyesuaian emosional dan kesehatan fisik
Ø  Mengandung fungsi adaptif, sehingga remaja akan memiliki kesempatan luas dan landasan yang kokoh untuk menjelajah lingkungan baru dan dunia sosial yang luas dan sehat secara psikologis
Ø  Menghindarkan remaja dari kecemasan dan munculnya potensi depresi atau tekanan emosional yang berkaitan dengan masa transisi dari masa anak ke masa dewasa.      

KONFLIK ORANG TUA - REMAJA :
      Konflik biasanya diawali pada masa puber, karena terjadinya perubahan biologis, kognitif (idealis dan meningkatnya penalaran logika), sosial (kemandirian & identitas), kebijak-sanaan orangtua dan harapan - harapan orangtua / puber yang dilanggar.
      Remaja biasanya membandingkan standar orangtua dengan standar ideal menurutnya dan mengkritik kekurangan-kekurangan dari kebijakan / standar orang tua.
      Orangtua merasa anaknya berubah dari anak yang penurut menjadi anak penentang standar orang tua.

Strategi mengurangi konflik Orangtua-Remaja dengan pemecahan masalah kolaboratif:
  • 1.      Menetapkan aturan - aturan dasar bagi pemecahan konflik.
  • 2.      Mencapai pemahaman timbal-balik.
  • 3.      Melakukan Brainstorming (curah pendapat)
  • 4.      Mencapai kesepakatan dalam pemecahan masalah (win-win solution).
  • 5.      Menuliskan kesepakatan.
  • 6.      Menetapkan time-line follow-up kesepakatan


KONFORMITAS PADA KELOMPOK REMAJA
            Konformitas (ikut – ikutan) pada remaja itu terbagi menjadi dua jenis yaitu : konformitas yang positif dan konformitas yang negatif tergantung dengan siapa remaja tersebut berkelompok .
      Bersifat positif apabila aktivitas/tuntutan kelompok bersifat prososial, misalnya: aktif mencari dana untuk membantu mereka yang membutuhkan, menjadi guru / ustadz TPA, dll).
      Bersifat negatif apabila aktivitas/tuntutan kelompok bersifat destruktif, misalnya: berkata kasar/jorok, merusak, mencuri, mengolok-olok orangtua/guru, melanggar aturan sekolah/masyarakat, dll


BENTUK – BENTUK KELOMPOK PADA REMAJA
            Ada 5 bentuk kelompok pada remaja :
v  Chums (sahabat karib)à  terdiri dari 2-3 remaja sejenis, memiliki hobby/minat dan SES (Sosial,Ekonomi,Status) yang relatif sama
v  Cliques (klik) à terdiri dari 2-3 chums dengan jenis kelamin sama/berbeda, memiliki hobby/minat sama, dekat secara emosional/saling membutuhkan
v  Crowd à terdiri dari 2 atau lebih ciques, terbentuk karena ada suatu kegiatan yang akan dilaksana-kan secara bersama, bersifat incidental
v  Formally Organized Group (FOG) à  Grup yang dibentuk oleh orang dewasa untuk mewadahi aktivitas remaja, dan menjadi “tempat sembunyi” bagi remaja yang tidak masuk ke dalam 3 kelompok yang ada (chums, qliques, crowded), misalnya: OSIS, Karang Taruna, dll
v  Gang à Grup yang dibentuk oleh sekelompok remaja yg “ditolak” oleh  kelompok – kelompok lain, karena mereka adalah remaja yang dianggap “trouble maker”.





                                     



Tidak ada komentar:

Posting Komentar