KOMPETENSI
SOSIAL :
Biasanya anak
pada usia remaja ingin melepaskan diri nya dari orang tua merasa sudah mampu
untuk sendiri, ingin diberikan kebebasan (otonomi) dan merasa sudah mampu
bertanggung jawab. Namun pada saat yang sama remaja juga ada rasa belum berani
lepas dari orangtua nya biasa juga disebut Attachment.
Pada masa remaja yang penuh konflik ini juga dibutuhkan komunikasi yang efektif dan
konstruktif antara orangtua dengan remaja, untuk menghindari Gap Communication (jarak komunikasi
antara anak orangtua). Untuk membangun komunikasi yang efektif dan konstruktif
antara orangtua dengan remaja dibutuhkan ada nya Secure Attachment (kelekatan rasa aman dan kuat ) yang dibangun sejak dini dan juga
untuk membantu remaja dalam membangun komptensi sosial dan kesejahteraan sosial
remaja.
SECURE
ATTACHMENT :
Berikut bentuk – bentuk tindakan (cara) membangun secure attachment dengan remaja :
Ø Memberikan kontribusi pada pembentukan harga diri,
penyesuaian emosional dan kesehatan fisik
Ø Mengandung fungsi adaptif, sehingga remaja akan
memiliki kesempatan luas dan landasan yang kokoh untuk menjelajah lingkungan
baru dan dunia sosial yang luas dan sehat secara psikologis
Ø Menghindarkan remaja dari kecemasan dan munculnya
potensi depresi atau tekanan emosional yang berkaitan dengan masa transisi dari
masa anak ke masa dewasa.
KONFLIK ORANG TUA -
REMAJA :
•
Konflik biasanya
diawali pada masa puber, karena terjadinya perubahan biologis, kognitif (idealis
dan meningkatnya penalaran logika), sosial (kemandirian &
identitas), kebijak-sanaan orangtua dan harapan - harapan orangtua /
puber yang dilanggar.
•
Remaja biasanya
membandingkan standar orangtua dengan standar ideal menurutnya dan mengkritik
kekurangan-kekurangan dari kebijakan / standar orang tua.
•
Orangtua
merasa anaknya berubah dari anak yang penurut menjadi anak penentang standar orang
tua.
Strategi mengurangi
konflik Orangtua-Remaja dengan pemecahan masalah kolaboratif:
- 1. Menetapkan aturan - aturan dasar bagi pemecahan konflik.
- 2. Mencapai pemahaman timbal-balik.
- 3. Melakukan Brainstorming (curah pendapat)
- 4. Mencapai kesepakatan dalam pemecahan masalah (win-win solution).
- 5. Menuliskan kesepakatan.
- 6. Menetapkan time-line follow-up kesepakatan
KONFORMITAS PADA
KELOMPOK REMAJA
Konformitas (ikut –
ikutan) pada remaja itu terbagi menjadi dua jenis yaitu : konformitas yang
positif dan konformitas yang negatif tergantung dengan siapa remaja tersebut
berkelompok .
•
Bersifat
positif apabila aktivitas/tuntutan kelompok bersifat prososial, misalnya: aktif
mencari dana untuk membantu mereka yang membutuhkan, menjadi guru / ustadz TPA,
dll).
•
Bersifat
negatif apabila aktivitas/tuntutan kelompok bersifat destruktif, misalnya:
berkata kasar/jorok, merusak, mencuri, mengolok-olok orangtua/guru, melanggar
aturan sekolah/masyarakat, dll
BENTUK – BENTUK
KELOMPOK PADA REMAJA
Ada 5 bentuk kelompok
pada remaja :
v Chums
(sahabat karib)à terdiri dari
2-3 remaja sejenis, memiliki hobby/minat dan SES (Sosial,Ekonomi,Status) yang
relatif sama
v Cliques (klik) à terdiri dari 2-3 chums dengan jenis kelamin sama/berbeda,
memiliki hobby/minat sama, dekat secara emosional/saling membutuhkan
v Crowd à terdiri dari 2 atau lebih ciques, terbentuk
karena ada suatu kegiatan yang akan dilaksana-kan secara bersama, bersifat
incidental
v Formally
Organized Group (FOG) à Grup yang dibentuk oleh orang dewasa untuk
mewadahi aktivitas remaja, dan menjadi “tempat sembunyi” bagi remaja yang tidak
masuk ke dalam 3 kelompok yang ada (chums, qliques, crowded), misalnya:
OSIS, Karang Taruna, dll
v Gang à Grup yang dibentuk oleh sekelompok remaja yg “ditolak” oleh kelompok – kelompok lain, karena mereka
adalah remaja yang dianggap “trouble maker”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar